Jumat, 27 September 2013

SYARAT DAN KETENTUAN DALAM PROSES MENJADI ANGGOTA di KOMUNITAS REGGAE SAMIN BLORA

SYARAT DAN KETENTUAN DALAM PROSES MENJADI ANGGOTA 
di KOMUNITAS REGGAE SAMIN BLORA

  1. Terlebih dahulu mengenal tentang isi dan apa tujuan Komunitas Reggae Samin Blora.
  2. Di wajibkan semua calon anggota mengisi formulir yang tertera. Formulir pendaftaran bisa di isi di rumah sekretariatan di Jl. Sinto No 15 RT 05 RW 01 Kelurahan Tegalgunung Kecamatan Blora Kabupaten Blora Jawa Tengah Indonesia.
  3. Mengumpulkan Pas Foto 2 X 3 & 3 X 4, masing - masing 1 lembar.
  4. Biaya administrasi Rp. 20.000,00 ( sudah termasuk pembuatan KTA ).
  5. Untuk pengambilan KTA, nanti pihak komunitas akan mengabari kalau KTA nya sudah jadi.
  6. Dan yang terakhir kalau ada uang lebih di mohon membeli Kaos Komunitas 
    seharga Rp. 50.000,00 ( bonus stiker komunitas ) .
Untuk yang sudah resmi menjadi Anggota Komunitas Reggae Samin Blora, di mohon untuk mengikuti aturan yang sudah di sepakati bersama & tidak melanggar hukum. Info lebih lanjut bisa menghubungi 089613063753 . 
Untuk info lewat Facebook bisa klik Link dan Like juga Fans Page klik Link. Sebelum mengKlik Link tersebut diharapkan Login Facebook dulu.
SALAM POLOS ( Peace One Love One Soul  ) .

Kamis, 26 September 2013

REGGAE according to KOMUNITAS REGGAE SAMIN BLORA

Sebuah kegelisahan akhirnya membuat segala sesuatu tidak lepas dinikmati. Inilah yg membuat kami terus mengalami dilema dalam menikmati musik yg sgt kami cintai, yaitu reggae, sebuah musik yg lahir dari jamaica, negeri yg bahkan tak pernah kami kunjungi, namun kami ketahui hanya dari sebuah musik yang mendunia di sebut reggae. Musik dalah musik, bagian dari hasil karya seni, begitu juga reggae musik. Namun kemudian musik yang cet cet ini ternyata mendunia dan akhirnya juga mampir ke negeri kami Indonesia. Begitu kami mendengarkannnya, ternyata kami merasakan ada nilai-nilai yg dibawa dari musik ini. Berbagai nilai filosofis yang akhirnya trs mengikuti perkembangan musik yg satu ini.

Reggae memang terlahir di jamaika, yang pada saat itu memliki berbagai intrik-intrik kehidupan di masyarakatnya, perang saudara, diskriminasi, penindasan, kemiskinan, kepercayaan dan lain sebagainya. Kemudian inilah yg mempengaruhi perkembangan musik ini. Nilai filosofis seperti pemberontakan/Rebel terhadap kaum babylon/penindas, Rastafarian, Ganja, cinta, bahkan kenakalan remaja dinegara tersebut, itulah yang kemudian terbawa dalam musik yang satu ini. Suara-suara dan lirik-lirik dalam lagu-lagu reggae ini tak lepas dari seluk beluk kehidupan masyarakat jamaica pada waktu itu. Aku tak kan lagi membahas bagaimana sejarah musik reggae ini, karena sudah begitu banyak tulisan-tulisan, artikel2 yg membahas tentang sejarah musik ini atau siapa saja yang mempopulerkannya keseluruh dunia. Tentu saja yang paling fenomenal adalah sosok HON Robert Mesta Marley – Berhaine Selassie – Bob Marley. Memang tidak hanya Bob Marley saja yang paling berperan dalam mempopulerkan musik reggae ini. Ada Jimmy Cliff, Burning Spears, sampai dengan mantan gitaris the wailers sendiri yaitu Peter Tosh (yg konon lebih disukai komunitas underground macam punk dan ska krn mereka melihat bahwa Peter Tosh lebih radikal daripada Marley).

Reggae, Rasta, Rebel, Ganja, Gimbal/dreadlock, memang sangatlah dekat, tapi semua unsur-unsur ini bukan suatu yang harus saling melekat. Reggae adalah musik, Rasta adalah kepercayaan (terserah kawan-kawan mau mengartikannya sebagai kepercayaan, agama, atau sekte, atau ideologi atau pedoman kehidupan), Rebel atau pemberontakan terhadap sustu sistem yang menindas, Apalagi dengan Ganja yang hanyalah tumbuhan dan mengandung racun potensial (terlepas dari positif dan negatif tanaman ini). Aku hanya akan mencoba menganalisa unsur-unsur ini mengapa dekat dengan reggae, dan banyak orang yg akhirnya melihat bahwa unsur tersebut harus melekat satu dengan yang lainnya. Reggae adalah musik klo kata ahli-ahli musik reggae adalah musik yang dipengaruhi oleh musik-musik lain, seperti rnb, ska, rock steady dan unsur musik tradisional sperti mento dan musik2 tradisional afrika. Sedangkan rasta atau Rastafarian adalah kepercayaan atau keyakinan kaum kulit hitam semnjak King Haile selassi I diangkat menjadi raja ethiopea dan kemudian sangat dipengaruhi juga oleh gerakan pembebasan kaum kulit hitam dari perbudakan dan peindasan yang di motori oleh Marcus Garvey. (untuk lebih jelasnya silahkan kawan2 cari info dgn bijak mengenai hal ini dari berbagai sumber). Kemudian Ganja adalah tanaman yang juga di percaya kaum rastafarian sebagai alat meditatif mereka, tidak dipungkiri bahwa penggunaan ganja ini akan menyebabkan pemakainya mengalami semacam halusinasi dan lain-lain, sehingga tidak hanya rastafarian yg menggunakan tanaman ini sebagai alat meditatif mereka, tapi juga kebudayaan lain di india, cina, amerika(indian), bahkan di indonesia (aceh). Klo dreadlock atau gimbal selalu dikaitkan dengan rastafarian, karena mereka meyakini bahwa ada anjuran di kitab suci mereka untuk memanjangkan rambutnya dan membuatnya menjadi lilitan2 menyatu, dengan filosofi sbg bentuk pemberontakan terhdap kulit putih atau kaum babylon. Kemudian nilai filosofi ini juga akhirnya yang dipakai oleh para aktivis, music-musik keras dan lainnya, walaupun akhirnya model rambut ini pun menjadi tren.

Dari nilai-nilai dan unsur-unsur REBEL inilah yang kemudian akhirnya membuat reggae itu menjadi semakin menarik perhatian. Dan satu hal, bagi aku atau beberapa orang kawan2ku, yang menarik dari reggae adalah nilai Rebelnya, KENAPA? Karna reggae tanpa nilai dari rebelnya hanya musik yang tak lebih baik atau sama saja dgn dangdut yang asik buat bergoyang..(Wobal).hehhe. Nilai-nilai rebel inilah yang mencoba kami pamahi dan kami gali sedalam mungkin, tidak hanya Filosofi rebelnya, tapi juga Rasta, dan ganjanya, bahkan segala hal yang terkandung dalam reggae ini. Namun Nilai filosofis dari REBEL dari reggae ini lah yang menarik untuk digali dan dipelajari. Musik ini selalu sarat dengan terikan-teriakan pemberontakan terhadap sistem yang menindas dan membodohi, bicara segala segi sisi kehidupan manusia, mulai dari cinta, persahabatan, kedamaian, pembebasan, kepeduliann atau tenggang rasa (respect), dan persatuan. Hampir semua para pelaku reggae dijamaica akhirnya bicara soal rebel ini (silahkan ditelusuri). Memang jelas sekali nilai rebel ini di dasarkan apada kondisi masyarakat di jamaica yg pada saat itu mengalami gejolak politik, ekonomi dan kemasyarakatan yang penuh dengan intrik. Dan kemudian munculah sesosok Bob Marley yang mendunia, dengan musik reggae nya serta lirik-lirik yang sangat berbau kemanusiaan dan juga kepercayaan (rastafarian). Inilah tonggak yang akhirnya menarik perhatian dunia, harap dicatatan lagu-lagu seperti NO WOMAN NO CRY, I SHOOT THE SHERIFF, ONE LOVE, dan lainnya yang menjadi kan reggae semakin dikenal didunia adalah lagu-lagu yang syarat dengan nilai KEMANUSIAAN dan PEMBERONTAKAN terhadap sistem yang menindas. Inilah yang menjadi perhatian dunia.

Sosok marley, jimmy cliff, mutabaruka, peter tosh, dll akhirnya juga lebih cenderung kepada sosok seorang aktivis kemanusiaan, tidak hanya sebagi sosok musisi reggae saja. Dunia mengakui bahwa perjuangan mereka adalah lewat musik. Mereka berteriak lantang tentang segala sisi kehidupan dan kemanusiaan. “KEMANUSIAAN”. Bahkan seorang Bob Marley pernah mengatakan “My music fights against the system that teaches to live and die. – musikku berjuang melawan system yang mengajarkan untuk hidup dan mati (secara benar)” Dia juga mengatakan “Reggae is a music that has plenty fight. But only the music should fight, not the people – Reggae adalah musik yang memunyai banyak nilai perjuangan. Tapi hanya musik yang seharusnya berjuang/berperang, bukan manusianya”. Kenapa Marley mengatakan Reggae di sana, bukan mengatakan “AKU”, karena dia sadar bahwa hampir semua musisi reggae mempunyai semangat yang sama dengan dengan dia. Itu sudah.

Inilah yang kemudian membuat mata dunia terbuka dengan musik reggae, seandainya tak ada nilai-nilai ini di reggae mungkin reggae hanya jadi sekedar seperti dangdut yang tak menjadi bagian musik paling popular didunia. Klo analisa ku ini salah, silahkan di bantah. Nilai-nilai dari pemberontakan terhadap penindasan dan pembodohan inilah yang kemudian menjadi ROOTS/AKAR dari perkembangan reggae selanjutnya. Seluruh dunia menghormati reggae karena nilai-nilai REBEL inilah kawan-kawan. Silahkan perhatikan lagu-lagu UB40, Alpha blondy, Burning spears bahkan sampai musisi-musisi muda reggae jaman sekarang semisal Soldier of jah army, Matisyahu, Dominic balli dan lain-lain. YANG PALING DIHORMAT DARI REGGAE ADALAH NILAI REBEL NYA.

Saat ini pun akhirnya semangat tentang kemanusiaan yang dibawa founding father reggae tersebut trs berlanjut didunia. Bob Marley foundation, Rita Marley foundation, sering sekali mengadakan aksi-aksi sosial demi kemanusian di seluruh dunia. Mereka mengadakan Bob Marley forum yang diisi oleh intelektual-inteektual dari universitas terkemuka, musisi, seniman, pemerhati dan tentu saja aktivis-aktivis kemanusian, professor-profesor itu bicara soal Marley dan mengkampanyekan persatuan bangsa-bangsa afrika dan dunia untuk menanggulangi kemiskinan, kelaparan, penindasan diseluruh dunia. Munking event tahunan yang baru saja terselengara di Ghana Februari 2011 dengan tema "So Much Trouble in the World, Give A Little." kemaren luput dari perhatian pecinta reggae di Negara ini. Gerakan-gerakan kemanusian di seluruh dunia akhirnnya memberikan penghormatan yang tinggi atas satu jenis musik yang disebut REGGAE ini. Tidak hanya itu, gerakan musik-musik idealis dan keras lainnya macam PUNK, Hardcore, Metal, memberikan hormat pada musik lembut seperti reggae kenapa ? karena nilai pemberontakannya bung! Padahal klo kita perhatiakan Reggae dan punk atau hardcore, sangat jauh berbeda dengan reggae dalam segi musik, yang satu sangat cepat dan keras, sementara reggae bisa dibilang lambat dan lembut.

Lalu dimanakah reggae Indonesia akan berada ? aku hanya tertawa akhirnya melihat perkembangan reggae di Indonesia ini. Aku baru saja memperhatikan atau dekat dengan reggae baru saja, kira-kira 4 tahun. Aku memperhatikan jenis musik ini sangat asik dan akhirnya aku tenggelam dengan duniaku sendiri dan reggae ku sendiri. Selama ini aku tak peduli dengan reggae mainstream/arus utama di indonesia, aku terlalu asik menikmati setiap lirik-lirik dari Marley, Peter Tosh, Alpha Blondy, sampai kemudian pada generasi muda reggae seperti Damian Marley atau Soldier of Jah Army sampai Skindred (reggae metal). Menurut aku lirik-lirik mereka sangat sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan dan pemberontakan terhadap system serta tatanan dunia baru yang diciptakan oleh kapitalisme. Mereka sadar bahwa perjuangan belum berakhir, perjuangan para founding father reggae dahulu harus dilanjutkan, mereka tampil sebagai generasi muda reggae yang berani dan pantang menyerah demi kemanusiaan. Memang tidak dipungkiri bahwa kemudian banyak juga band-band reggae yang akhirnya terlihat termehek-mehek bicara cinta layaknya musik pop, kita sebut saja lagu Baby I love u way nya Big Mountain dan Can help falling in love nya UB 40.

Namun kemudian reggae di negara ini mengalami euphoria dan gegap gempita kerlap kerlip hanya dengan 1 lagu “Anak Pantai” dan “Welcome to my paradise.” Harus diakui inilah yang menjadi tonggak para pecinta reggae di indonesia semakin mengenal reggae. Aku sebenarnya bangga pada akhirnya reggae kembali berdansa di tengah masyarakat kita yang nota bene semakin saja kelihatan sulit dalam perekonomian dan terjadinya kekerasan dimana-mana. Sementara itu para pecinta reggae akhirnya hanya memahami reggae dari dua lagu diatas, dan juga sedikit lagu-lagu lainya. Kawan-kawan pecinta dan para pelakunya tenggelam dalam buaian lirik lagu anak pantai dan paradise, santai-santai dan akhirnya landai. Semua menjadikan reggae kemudian sebagai musik pantai dan musik santai. Klo kata ras Muhamad, “cuma tau lagu anak pantai”. Walaupun sebagian kecil para pecinta reggae akhirnya menggali dari setiap nilai filosofi dari musik ini. Tapi hanya pada hal Rasta, ganja dan santai atau damai. Semua akhirnya mendewakan apa yang namanya santai, rasta dan ganja, kawan-kwan mengaku sebagai rastafarian, pemakai ganja, dan merah kuning ijo dimana-mana. Sementara para penikmat musik reggae yang sebagian besar adalah anak muda ini akhirnya tenggelam dalam euphoria santai, ganja dan pantai. Mendadak gimbal dimana-mana, para pemakai ganja semakin meningkat, anak muda yang akhirnya berusaha menggembelkan diriya dengan rambut gimbal, vesva butut, dan lain-lain bertebaran. Silahkan lah kawan-kawan buka mata dan pikiran untuk peduli dan mengamati para pecinta dan pelaku reggae di negara ini. Tanyalah seratus orang temanmu di FB satu persatu, apa yang mereka pahami tentang reggae? Dan kumpulkan lalu simpulkan apa pendapat terbesar mereka ketika mendengar kata REGGAE.

Musik itu memang bebas bung, semua bisa memainkan musik, bicara lewat musik, karena musik adalah bahasa paling universal dan paling mudah untuk menyampaikan sesuatu. Kita bisa mendengarkan musik sambil tidur, sambil nyetir, sambil berak sekalipun. Silahkan kalian bebas berekspresi. Mau teriak santai-santai dipantai landai sambil menikmati sunset dan sunrise menunggu waktu melantai di lantai dansa bersama bidadari pirang, itu hak kalian. Kalian hanya menikmati reggae untuk kesenangan, ya karena yang kalian pikiran hanyalah kesenangan, mabuk-mabukan, party-party. Sudah pantaskah rakyat negara miskin ini terus dibuai dengan mimpi-mimpi akan santai-santai di pantai setiap hari? Sementara korupsi meraja lela, penindasan ide dimana-mana, anak muda hanya mengenal ganja untuk mabuk-mabukan. Mirisnya aku ketika melihat update status seorang kawan yang berkata, “Gir di tangan kanan, ganja di tangan kiri, kami siap tawuran, kami santai, anda datang kami bantai, damai man.”

Tapi bagi aku reggae lebih dari itu. Nilai yang harus tetap dipertahankan dari Reggae adalah REBEL & Pemberontakannya. Rastafarian itu bukan agamaku, aku menyembah Tuhanku, aku menggunakan kata Jah untuk sebagai terminologi atas Tuhan. Tuhan secara universal. Sama saja dgn kata GOD klo kita bicara bahasa inggris atau kata “TUHAN” dalam bahasa indonesia yang bisa dipakai oleh semua umat beragama. Memang benar kata Jah, itu berasal dari kepercayaan rastafarian yang diabdosi dari kaya Jehova atau Yah dll dalam kepercayaan lain. Tapi setiap kata akhirnya bisa bermutasi dalam perkembangannya, misalkan kata Ras yang dulu artinya Pangeran dan kemudian bisa juga diartika sebagai bro, brader, atau bredden, sama dgn kata dab, fren dll. Jadi tak ada salahnya, selama kalian bisa mempertanggung jawabkannya.

Bagi aku dan kawan-kawan, sebagian besar para pelaku reggae dinegara ini hanya menganggap reggae adalah musik yang harus mempunyai nilai jual, berdamai dengan pasar biar laku, biar di kenal, biar terkenal, biar asik dan biar menguntungkan. Kalian sebagian besar para pelaku reggae terlalu dibuai dengan dengan janji-janji manis popularitas dan celebritas, berharap menjadi kaya raya dan menghasilkan uang, kalian hanya ingin menjadikan reggae sebagai kendaraan untuk mencari keuntungan semata, banyak fans, banyak cewe-cewe, mending kalian jadi boyband reggae aja (kolaborasi sama smash). Sementara itu kalian tidak peduli dengan nilai-nilai negatif terhadap generasi muda bangsa ini. Bahkan menjadikan kendaraan politik demi kekuasaan, mungkin saja melihat banyaknya anak muda yang suka reggae di negara ini. Yang kalian pentingkan adalah promosi, iklan, jadwal konser, rekaman, dan kemudian membuat lirik-lirik yang sesuai pasar walaupun akhirnya ada 1 atau 2 lagu dalam album kalian yang bicara kemanusiaan. Mutabaruka pernah berkata :
"industri musik dan komersialisme mencoba mengecilkan Bob Marley sebagai sebatas... MUSISI ! menjual imejnya, menikmati musiknya tetapi tidak mendengar pesan & tidak mempelajari perjuangannya...!!”

Sama lah yang terjadi di negara ini terhadap musisi reggae nya, dan media-media sebagai sarana pendukung pelaku reggae nya. Itulah kenapa kalian menuliskan tulisan itu yang menganggap reggae adalah musik yang dekat dihati, dan kesenangan, ya untuk mengecilkan nilai perjuangan reggae, supaya kalian bisa menjual musisi nya, bisa menjual tabloidnya, mendengarkan radionya, Tapi yang kalian lakukan adalah lebih mementingkan popularitas daripada nilai-nilainya positifnya. Industri kapitalisme di dunia musik pun sudah menjajah pikiran-pikiran dan ide-ide kalian bung. Kalian pun akhirnya ditunggangi untuk kepentingan segelintir orang, lihat bagaimana kalian mengangkat seorang politikus sebagai Bapak reggae Indonesia, yang tak pernah tau kapan dia mengawini ibu reggae dan akhirnya melahirkan anak-anak reggae di negara ini? Peter Tosh pernah berkata : Im not politician, I only suffer the consequences ** Aku bukan poitisi, aku hanya menderita akibat konsekwensinya.** Seorang kawan yang sangat dikenal di dunia reggae indonesia dan mungkin dialah satu-satunya Duta reggae yang masih menyempatkan waktunya untuk memberikan pencerahan tentang apa itu reggae, dan lirik-liriknya pun sangat sarat dengan makna pemberontakan terhadap sistem yang menindas dan membodohi, brader itu mengatakan ke aku -ketika dia ikut prihatin atas apa yang aku alami atas ancaman itu dan intimidasi itu- dia mengatakan bahwa ada seorang kawannya yang mengatakan supaya nanti reggae bisa maen di istana negara.” Ya kalau Bapak Reggae nya jadi presiden. Jadi Ratusan ribu para pecinta reggae di indonesia pilihlah Bapak reggae nya nanti pas pemilu ya,,hahahaha.

Tapi semoga masih ada musisi-musisi reggae yang cukup peka dan tidak mementingkan pasar belaka, semoga kalian terketuk dengan tulisan ini, untuk lebih peduli terhadap sesama, terutama para pecinta reggae yang mengidolakan kalian. Dan sepertinya apa yang kami treakkan akhirnya membuat kuping-kupig kalian panas maka muncullah kalian dengan corong-corong kalian untuk memberikan pencerahan terhadap pecinta reggae di negara ini. Tapi mirisnya malah kalian memutar balikkan fakta tentang triakan-triakan kami. Karena selama ini yang kalian harapkan dari pecinta reggae di negara ini adalah kata-kata “MERAPAT, YOMAN, YOSMAN, YESSAA, UYE, WOYYO DAN BAKS DUNK”..hahhahahha

Yang kemudian menjadi pertanyaan, apakah nilai Filosofi rebel itu harus dipaksakan dalam reggae, ya jelas TIDAK bung, terserah kalian saja mau menyuarakan reggae dengan nilai filosofi apa, ganja kek, rasta kek, termehek-mehek cinta-cintaan kek. I dont fuckin care. Tapi jangan paksakan kami juga untuk diam dan bungkam meneriakkan pemberontakan kami terhadap sistem yang menindas dan membodohi. Aku mengalami sendiri bagai mana aku diancam dan di intimadasi akan dihabisi oleh preman bayaran oleh orang yang ngaku-ngaku bapak reggae di negara ini yang dia bilang hanya dia yang bisa menyatukan reggae dari sabang sampai merauke. Akhirnya terbukalah topengmu yang ternyata preman juga dengan membawa nama reggae dan teriak damai landai dimana-mana. Ya karena beliau punya uang, klo si paijo punya uang juga mungkin bisa mendatangkan seluruh keluarga marley keindonesia dan bikin konser Indonesian smile bersama seluruh band-band reggae di indonesia di tegal, bukan di jakarta,,hehhehe. Kenapa mereka bisa bilang kita memaksakan kehendak untuk rebel, memperkosa hak-hak untuk menikamati musik, dasar mulut berbisa jurnalistik mereka gunakan untuk memecah belah, menuduh dan akhirnya membuat orang melihat kebenran dari perseptif media saja. Sudah banyak sekali media yang akhirnya terbeli oleh segelintir pemilik modal dan akhirnya tidak independen dalam memberitakan segala hal. Semua orang memang kenal orang terkenal, dan tak ada yang mengenal orang tak terkenal, tapi satu hal, U CAN FOOL SOME PEOPLE SOMETIMES, BUT U CAN FOOL ALL THE PEOPLE ALL THE TIME (BOB MARLEY). Masih banyak orang-orang yang bisa berfikir karna punya otak dan dipakai untung bersuara secara kritis demi kebenaran dan kemanusiaan.

Bagi aku dan kawan-kawanku, semua manusia adalah sama, Marley bukan nabi, King Sellasie bukan Tuhan, Ras Muhamad adalah sahabat, Tony Q adalah paman, Marapu adalah kawan, dan lain-lain, mereka hanya lah manusia biasa sama seperti kami. Mereka hanya menjadi inspirasi untuk lebih peduli dan sebagai guru, kawan, teman, bertukar pikiran dan saling melengkapi untuk sama-sama belajar menjadi manusia yang peduli dan berguna bagi diri sendiri, orang tua, lingkungan, sesama manusia dan TUHAN. Yang menarik adalah WISDOM / Kebajikannya. Sama saja mereka semua dengan kawan-kawanku, manusia biasa seperti igor, like, wobal, haposan, ade, jimbo, rifki, mel slanky, mas blue, ale, Roni, Paijo, markijo, Raja, Raul, dan manusia-manusia biasa lainnya. Yang membedakan mereka terkenal, sementara kami tidak, bahkan kami kadang tidak ingin dikenal. Kami hanya ingin berbuat sesuatu untuk rakyat negeri ini, sambil berdansa dengan musik reggae yang kami sukai. Ya memang, Kebenaran itu relatif, benar menurutmu belum tentu benar menurutku, benar menurutku belum tentu benar menurutmu (Tony Q). Itu sudah.

Jon Fishman, (Drumer, Jazz) mengatakan, " I don't know how you can go your whole life and not listen once to Bob Marley - what's the point ?" **Aku tak tau bagaimana kau bisa melalui seluruh hidupmu dan tidak sekalipun mendengarkan Bob Marley - apa artinya?**... Hahaha, narsis memang, tapi maksud Jon Fishman legenda Jazz itu adalah, kita nih hidup, dan semua sisi hidup kita itu disuarakan oleh Bob Marley, segala hal, Cinta, pembebasan, kedamaian, persatuan, persamaan hak, dan saling menghargai/tenggang rasa. Tapi ingat kita tetap manusia yg harus jadi diri kita sendiri, kita tetap harus memilah-milah mana yg baik buat kita dan tidak, begitu juga dgn reggae dan Bob Marley. Aku TIDAK suka dgn prinsip Marley yg mengatakan "Me never believe in marriage that much...marriage is a trap to control me; woman is a coward. Man strong ;" **aku tak terlalu percaya dgn pernikahan, menikah adalah perangkap utk mengontrol aku, wanita penakut dan laki2 kuat,** Makanya Bob Marley berpoligami. Wanita juga kadang kuat dan pemberani kan. dan pernikahan itu suatu yg sakral menurut aku. Tiga surat atau tulisan yang kubuat untuk seorang Keylanya Reggae, seorang sahabat, wanita berjilbap yang sangat taat pada agamanya, namun dia sangat menyukai reggae, dan kerinduannya untuk mendengarkan reggae-reggae religi sesuai keimanannya, Keyla sahabatku itu rela mati karena kecelakaan dalam perjalanan jauhnya dari Jogja menuju Jakarta hanya untuk bertemu dengan sahabat-sahabatnya pada Konser reggae yang katanya terbesar kemudian mengangkat Bapak Reggae Indonesianana dan masuk museum Indonesia Syalalala. Tapi pertanyaannya apakah pecinta reggae di Negara Indonesia ini mengetahui apa sebenarnya reggae itu sendiri ? dan punya kesadaran untuk memilah milah mana yang baik dan tidak cocok untuk kita sendiri ? tidak terkecuali dengan musik reggae yang kami cintai ini. Semoga.

Berikut ini adalah kutipan kutipan penting tentang reggae dari para pelaku reggae yang sudah terkenal dan belum terkenal hehehhe :

"SELAMA INI GUE MEMPERJUANGKAN PIKIRAN2 BOB MARLEY. MARLEY BUAT GUE ADALAH GURU. GUE SALUT, MARLEY MEMPERJUANGKAN MANUSIA SUPAYA BANGKIT DARI MENTAL BUDAK. MENTAL SLAVERY! KONDISINYA MIRIP-MIRIP DISINI. GUE TERUSIN PERJUANGAN DIA DENGAN MUSIK REGGAE DI BUMI TERCINTA INI.- INDONESIA".
( TONY Q, komen pada Buku Bob Marley, rasta, reggae dan revolusi, yang ditulis om Helmi Y Haska).
AKU SENANG AKHIRNYA REBEL REGGAE BELUM MATI DI NEGARA INI ( perkataan Ras Muhamad pada kawanku wobal tentang sebuah grup di FB yang kami bangun untuk meneriakkan REBEL REGGAE dengan semangat ke indonesiaan, yang mungkin inilah yang membuat beberapa pelaku reggae dan media reggae menuliskan sesuatu di grup lain yang katanya grup FB reggae terbesar di Indonesia dgn mencapai anggota 5rban org, padahal page FB nya Ras Muhamad yg uda hampir 60rb anggota aja ga pernah mengaku besar,,hehhehe)

“I DON’T WANT PEACE, I WANT EQUAL RIGHT AND JUSTICE, (PETER TOSH) *Aku tak inginkan kedamaian, yang aku inginkan persamaan hak dan keadilan.

OPEN YOUR EYES AND LOOK WITHIN, ARE YOU SATISFIED WITH THE LIFE YOU’RE LIVING".*buka mata dan lihat sekeliling, apakah kau puas dengan kehidupanmu ?
"THE MYSTERY IS THERE YOU CAN SEE, THE TRUTH LIVES WITHIN YOU AND ME.” (MUTABARUKA).

REGGAE IS AN INTELEXCTUAL REBEL ( MAS ANIS SAICHU )

”Bagi saya yang menarik dari reggae adalah Rebel nya, tanpa itu reggae sama aja seperti dangdut yang enak buat bergoyang, rebel sak modare” (Wobal si Om)

“Aku tak takut mati, aku akan mati dengan tersenyum, karena kematianku akan semakin membuat perlawanan semakin menyala-nyala oleh kawan-kawanku selanjutnya” – Ku biarkan kau dengan jalanmu, biarkan aku dengan jalanku, begitu kau rampas hak-hak kami, rayap pun dapat merobohkanmu ”
( Joe Roots Reggae)

“Kutampar kau dengan Rebel ku, Tikamlah aku dengan Cinta mu” (Joe Roots reggae dan Igor Atenar Reggae Lombok)

KEEP REBEL WITH TRUE LOVE
Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Joe Roots Reggae, 10 Agustus 2011

Note;
- tulisan ini sebagai jawaban atas sebuah tulisan kawanku yang mengkritik rebel reggae yang sering aku dan kawan-kawanku teriakkan.
- Tulisan ini juga bisa di bilang pengantar dari tulisan ku selanjutnya tentang reggae di indonesia yang sedang aku selesaikan.
- Semoga tulisan ini tidak disalah artikan dan justru menjadi perpecahan din antara pecinta reggae di Negara ini. Semoga perdebatan di susun dalam kerangka konstruktif untuk mencapai tujuan bersama, perbedaan dan kontradiksi tidak dimaknai sebagai kehancuran, namun justru mengambil nilai-nilai yang baik dan dijadikan perekat untuk memperkokoh rasa persatuan. BIG RESPECT.
- Apa yang kami tuliskan disini adalah fakta, dan klo ada yang bilang kami Tong kosong berbunyi nyaring, karena kami hanya aktif di FB, mohon di perhatikan ini, apa yang aku sampaikan diatas adalah hasil dari perbuatan di lapangan, kami sampaikan lewat forum grup kami, kami juga melibatkan elemen-elemen lain macam Front aksi mahasiswa Padang, dengan brotha Ahmad Rifki Ali, Angel Like Maria, yang aktif diskusi dengan kami, kemudian juga Zeitgeist Movement Indonesia bersama brotha Raja Afrialdho dan Raul Naldho Putra, kami disini jelas ingin bergerak di lapangan, tapi mohon kawan2 ingat, bahwa jarak adalah kendala utama, Ade Roots Reggae di jakarta, aku di batam, angel di padang, igor di lombok, namun kami bertemu disini dan berdiskusi tanpa batas bung, inilah sebagai dasar tonggak kami nanti akan bertemu di lapangan. Ingat, revolusi di mesir kemaren yg mampu merobohkan kuatnya penguasa mereka, juga karena dukungan dari dunia maya bro. Mereka menguatkan visi misi nya di dunia maya, dan mereka akhirnya bergerak didunia nyata. Kita sebaiknya bijak dalam menyikapinya bro, bagi kami apa yg sudah kita lakukan disini adalah juga sudah merupakan suatu perbuatan nyata bro, lihat bagaimana komentar kawan-kawan di grup kami yang begitu antusias dan kritis, bahkan ada yang mengatakan, dia akan melakukan apa yg di peroleh dari diskusi2 kami dalam kehidupannya. Inilah perbuatan NYATA bung, perbuatan untuk membebaskan pikiran kita, membukanya untuk tidak terjajah terus menerus. kita seharusnya bersyukur karna dengan adalanya kemudahan2 tehknologi dalam dunia maya ini kita bs bertemu byk pengetahuan belajar dan belajar dengan mudah, tanpa harus terbatas jarak dan biaya, jadi mamfaatkanlah dengan bijak. Bukan hanya jempal jempol atau koment2 ga penting, lihat isi dari grup kami yang penuh dengan diskusi2 bermutu dan kritis (sama sekali tidak menyomboingkan diri, justru dengan kerendahan hati), walaupun kami tak pernah mengkalim diskusi kami merupakan diskusi berwatak akademis, tapi lebih kearah isu-isu terpanas yang kami temui dalam kehidupan sehari-hari. dan bandingkan saja dengan grup yang katanya besar itu. INI ADALAH PERBUATAN NYATA, Langkah awal menuju pembebasan diri sendiri dan hati kita untuk terus bergerak dalam setiap sisi kehidupan. Aku, Wobal Si Om, Angel Like Maria, Ahmad Rifki Ali Raul Naldho Putra, Raja Afrialdho, Ale Pancen Rasta, Ade Roots Reggae Mamet Che, Igor dan lain-lain adalah orang2 jalanan juga, kami berangkat dari jalanan dan tetap dijalanan sampai sekarang, aku baru saja berontak dengan keluar dari pekerjaan enakku diruangan ber ac di sebuah bank krn mereka hendak menjajah pikiranku, dan sekarang aku siap kembali terjun kedunia aktivis atau apa saja yg bermamfaat bagi kemanusiaan. dulu aku bergerilya di jalanan jogja dengan bandku bersanding dengan marapu sekitar thn 2000an, aku pernah menjadi sekretaris IRC jaman jack dan deki kuripasai, walalupun aku tak pernah aktif krn alasan idealismeku. Karena motivasi dari reggae waktu kuliah aku sering memenangkan lomba karya tulis ilmiah mahasiswa dengan memasukkan lirik-lirik dan pesan-pesan dari reggae terutama Marley dalam setiap karya tulis ilmiahku, dan itu membuat beberapa prosfesor dan dosen2ku jadi tertarik dengan reggae bahkan akhirnya menyukai music reggae. Aku juga baru belajar membuat puisi bung, skr aku aktif menulis, silahkan liat catatan2 ku di dokument grup ini, dan bahkan catatnku diatas ini, apakah ini bukan sebuah karya juga menurutmu, silahkan baca tulisanku tenatang puisi Mutabaruka yg judulnya this poem, silahkan ditelusuri bro, tulisan2 itu juga apakah bukan karya, sajak puisi, teater apakah juga bukan kata-kata? Kawan-kawan lain juga di grup kami sedang berusaha untuyk belajar menulis misalnya wiwiet yang sudah menulis tentang reggae dan wanita, mamet tentang reggae dan kemerdekaan, haposan juga sudah menulis tentang reggae dan perjuangan, dll. Angel dan Rifki berjuang utk melawan walikota padang yg hendak menggusur pasar raya dengan Front Aksi mahasiswa padang. Wobal bergerilya di seluruh jawa utk bikin event sosial dgn tema reggae sudah belasan tahun dan selalu terlibat dalam advokasi lainnya mendukung rakyat kecil yg termarjinalkan. Jimbo, ade terlibat di mapala demi lingkungan, mamet bahkan pernah bermasalah krn ganja dan dia skr aktif berkampanye ttg negatif ganja. Bahkan brotha raja dan raul aktif di Zeitgeist movement Indonesia dan healt wealth rock n roll utk membangun sebuah t4 tinggal yg mandiri di sebuah desa di cirebon, Mel Slanky aktif di organisasi kaki lima di padang yg giat di pedesaan utk memberikan pengetahuan pada petani tentang tanaman organik. Apakah ini bukan perbuatan bung? Jadi jangan hanya kalian mencap kami Tong Kosong berbunyi nyaring. Semakin nyaring karena gentongmu.
.
KOMUNITAS kami tidak pernah bangga dengan banyaknya ANGGOTA KOMUNITAS REGGAE SAMIN BLORA, justru kami lebih memilih kwalitas daripada quantity/jumlah, Kami lebih bangga bila kami akhirnya dapat membawa hasil-hasil diskusi kami komunitasnya masing-masing, tanpa perlu berbondong-bondong membawa kawan2 lain untuk masuk ke grup kami, klo ada yg tidak berkenan langsung kami tegur dan kami ingatkan dengan bijak, pilihan terakhir adalah remove. Kami tidak sama sekali mengharapkan atau bangga dengan adanya orang-orang besar atau celeb reggae yg menjadi anggota di grup kami, bagi kami semua adalah sama, tak ada guru, tak ada murid, tak ada celeb dan tak ada fans.
. " KOMUNITAS REGGAE SAMIN BLORA " .

Rabu, 25 September 2013

Dumbeg Khas Blora

Pernahkah Anda menyantap jajanan dumbeg? Saat menyantapnya, dijamin lidah Anda akan terus bergoyang sambil merem melek menikmati kelezatannya yang khas.
Dumbeg merupakan jajanan khas Blora yang sudah masyhur. Biasanya, jajanan ini hanya tersedia pada saat acara sakral digelar seperti tasyakuran sedekah bumi maupun sepasar manten.
Namun belakangan, karena banyaknya permintaan, jajanan dumbeg menjadi salah satu jajanan yang mudah didapat di pasar-pasar tradisional.
Makanan ini terbuat dari tepung nasi yang dibumbui dengan gula kelapa yang kemudian dibungkus menggunakan daun kelapa yang masih muda  ( blarak ) dengan cara dililitkan menyerupai kerucut.
Dumbeg rasanya sangat khas. Namun yang paling menarik adalah aroma pembungkusnya yang terbuat dari daun kelapa. Karena mengalami proses pemanasan, maka bau daun tersebut tersebut meresap ke dalam makanan. Hal ini menimbulkan aroma yang khas.
Bahan dasar dumbeg terdiri dari tepung beras, gula pasir/gula aren dan ditambahkan garam.  Namun, banyak juga yang ditaburi buah nangka/kelapa muda yang dipotong sebesar dadu untuk pelengkap dan variasi rasa.

Bahan Resep Dumbeg:
* 1 liter santan kental
* 250 gr gula pasir
* 1 sendok teh garam
* ½ kg tepung beras
* 2 sendok makan air kapur sirih
* 30 lb daun kelapa
Cara Membuat Resep Dumbeg:
* Campur santan kental, gula pasir, dan garam. Rebus hingga mendidih, angkat, biarkan hingga suam-suam kuku
* Campurkan tepung dengan air kapur sirih, aduk rata. Masukkan santan, aduk rata. Adonan harus cair
* Buat contong berbentuk kerucut dari daun kelapa. Isi dengan adonan. Kukus hingga matang, angkat
* Sajikan dalam piring saji

Minggu, 22 September 2013

Samin Surosentiko

Ajaran Samin (disebut juga Pergerakan Samin atau Saminisme) adalah salah satu suku yang ada di Indonesia. Masyarakat ini adalah keturunan para pengikut Samin Surosentiko yang mengajarkan sedulur sikep Link Berikutnya....., di mana mereka mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain di luar kekerasan. Bentuk yang dilakukan adalah menolak membayar pajak, menolak segala peraturan yang dibuat pemerintah kolonial. Masyarakat ini acap memusingkan pemerintah Belanda maupun penjajahan Jepang karena sikap itu, sikap yang hingga sekarang dianggap menjengkelkan oleh kelompok di luarnya.
Masyarakat Samin sendiri juga mengisolasi diri hingga baru pada tahun '70-an, mereka baru tahu Indonesia telah merdeka. Kelompok Samin ini tersebar sampai Jawa Tengah, namun konsentrasi terbesarnya berada di kawasan Blora, Jawa Tengah dan BojonegoroJawa Timur yang masing-masing bermukim di perbatasan kedua wilayah. Jumlah mereka tidak banyak dan tinggal di kawasan pegunungan Kendeng di perbatasan dua provinsi. Kelompok Samin lebih suka disebut wong sikep, karena kata samin bagi mereka mengandung makna negatif. Orang luar Samin sering menganggap mereka sebagai kelompok yang lugu, suka mencuri, menolak membayar pajak, dan acap menjadi bahan lelucon terutama di kalangan masyarakat Bojonegoro. Pokok ajaran Samin Surosentiko, yang nama aslinya Raden Kohar, kelahiran Desa Ploso Kedhiren, Randublatung, tahun 1859, dan meninggal saat diasingkan ke Padang, 1914
Pengikut ajaran Samin mempunyai lima ajaran
  • tidak bersekolah,
  • tidak memakai peci, tapi memakai “iket”, yaitu semacam kain yang diikatkan di kepala mirip orang Jawa dahulu,
  • tidak berpoligami,
  • tidak memakai celana panjang, dan hanya pakai celana selutut,
  • tidak berdagang, dan
  • penolakan terhadap kapitalisme.
Tersebar pertama kali di daerah Klopoduwur, Blora, Jawa Tengah. Pada 1890 pergerakan Samin berkembang di dua desa hutan kawasan Randublatung, Blora, Jawa Tengah. Gerakan ini lantas dengan cepat menjalar ke desa-desa lainnya. Mulai dari pantai utara Jawa sampai ke seputar hutan di Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan, atau di sekitar perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menurut peta sekarang.
Pokok ajaran Samin adalah sebagai berikut:
  • Agama adalah senjata atau pegangan hidup. Paham Samin tidak membeda-bedakan agama, oleh karena itu orang Samin tidak pernah mengingkari atau membenci agama. Yang penting adalah tabiat dalam hidupnya.
  • Jangan mengganggu orang, jangan bertengkar, jangan suka iri hati, dan jangan suka mengambil milik orang.
  • Bersikap sabar dan jangan sombong.
  • Manusia hidup harus memahami kehidupannya sebab hidup adalah sama dengan roh dan hanya satu, dibawa abadi selamanya. Menurut orang Samin, roh orang yang meninggal tidaklah meninggal, namun hanya menanggalkan pakaiannya.
  • Bila berbicara harus bisa menjaga mulut, jujur, dan saling menghormati. Berdagang bagi orang Samin dilarang karena dalam perdagangan terdapat unsur “ketidakjujuran”. Juga tidak boleh menerima sumbangan dalam bentuk uang.

Kebudayaan

Sebagaimana paham lain yang dianggap oleh pendukungnya sebagai agama, orang Samin juga memiliki "kitab suci". "Kitab suci"' itu adalah Serat Jamus Kalimasada yang terdiri atas beberapa buku, antara lain Serat Punjer KawitanSerat Pikukuh KasajatenSerat Uri-uri PambudiSerat Jati SawitSerat Lampahing Urip, dan merupakan nama-nama kitab yang amat populer dan dimuliakan oleh orang Samin.
Ajaran dalam buku Serat Pikukuh Kasajaten (pengukuhan kehidupan sejati) ditulis dalam bentuk puisi tembang, yaitu suatu genre puisi tradisional kesusasteraan Jawa.
Dengan mempedomani kitab itulah, orang Samin hendak membangun sebuah negara batin yang jauh dari sikap drengki srei, tukar padu, dahpen kemeren. Sebaliknya, mereka hendak mewujudkan perintah "Lakonana sabar trokal. Sabare dieling-eling. Trokali dilakoni."

Sikap

Walaupun masa penjajahan Belanda dan Jepang telah berakhir, orang Samin tetap menilai pemerintah Indonesia saat itu tidak jujur. Oleh karenanya, ketika menikah mereka tidak mencatatkan dirinya baik di Kantor Urusan Agama/(KUA) atau di catatan sipil.
Secara umum, perilaku orang Samin/ 'Sikep' sangat jujur dan polos tetapi kritis.

Bahasa

Mereka tidak mengenal tingkatan bahasa Jawa, jadi bahasa yang dipakai adalah bahasa Jawa ngoko. Bagi mereka menghormati orang lain tidak dari bahasa yang digunakan tapi sikap dan perbuatan yang ditunjukkan.

Pakaian

Pakaian orang Samin biasanya berupa baju lengan panjang tanpa kerah, berwarna hitamLaki-laki memakai ikat kepala. Untuk pakaian wanita bentuknya kebaya lengan panjang, berkain sebatas di bawah tempurung lutut atau di atas mata kaki.

Sistem kekerabatan

Dalam hal kekerabatan masyarakat Samin memiliki persamaan dengan kekerabatan Jawa pada umumnya. Sebutan-sebutan dan cara penyebutannya sama. Hanya saja mereka tidak terlalu mengenal hubungan darah atau generasi lebih ke atas setelah Kakek atau Nenek.
Hubungan ketetanggaan baik sesama Samin maupun masyarakat di luar Samin terjalin dengan baik. Dalam menjaga dan melestarikan hubungan kekerabatan masyarakat Samin memiliki tradisiuntuk saling berkunjung terutama pada saat satu keluarga mempunyai hajat sekalipun tempat tinggalnya jauh.

Pernikahan

Menurut Samin, perkawinan itu sangat penting. Dalam ajarannya perkawinan itu merupakan alat untuk meraih keluhuran budi yang seterusnya untuk menciptakan “Atmaja (U)Tama” (anak yang mulia).

Dalam ajaran Samin, dalam perkawinan seorang pengantin laki-laki diharuskan mengucapkan syahadat, yang berbunyi kurang lebih demikian: “ Sejak Nabi Adam pekerjaan saya memang kawin. (Kali ini) mengawini seorang perempuan bernama…… Saya berjanji setia kepadanya. Hidup bersama telah kami jalani berdua.”
Demikian beberapa ajaran kepercayaan yang diajarkan Samin Surosentiko pada pengikutnya yang sampai sekarang masih dipatuhi warga samin.
Menurut orang Samin perkawinan sudah dianggap sah walaupun yang menikahkan hanya orang tua pengantin.
Ajaran perihal Perkawinan dalam tembang Pangkur orang Samin adalah sebagai berikut (dalam Bahasa Jawa):
Basa JawaTerjemahan
Saha malih dadya garan,"Maka yang dijadikan pedoman,
anggegulang gelunganing pembudi,untuk melatih budi yang ditata,
palakrama nguwoh mangun,pernikahan yang berhasilkan bentuk,
memangun traping widya,membangun penerapan ilmu,
kasampar kasandhung dugi prayogântuk,terserempet, tersandung sampai kebajikan yang dicapai,
ambudya atmaja 'tama,bercita-cita menjadi anak yang mulia,
mugi-mugi dadi kanthi.mudah-mudahan menjadi tuntunan."

Sikap terhadap lingkungan]

Pandangan masyarakat Samin terhadap lingkungan sangat positif, mereka memanfaatkan alam (misalnya mengambil kayu) secukupnya saja dan tidak pernah mengeksploitasi. Hal ini sesuai dengan pikiran masyarakat Samin yang cukup sederhana, tidak berlebihan dan apa adanya. Tanah bagi mereka ibarat ibu sendiri, artinya tanah memberi penghidupan kepada mereka. Sebagaipetani tradisional maka tanah mereka perlakukan sebaik-baiknya. Dalam pengolahan lahan (tumbuhan apa yang akan ditanam) mereka hanya berdasarkan musim saja yaitu penghujan dankemarau. Masyarakat Samin menyadari isi dan kekayaan alam habis atau tidak tergantung pada pemakainya.

Pemukiman

Pemukiman masyarakat Samin biasanya mengelompok dalam satu deretan rumah-rumah agar memudahkan untuk berkomunikasi. Rumah tersebut terbuat dari kayu terutama kayu jati dan jugabambu, jarang ditemui rumah berdinding batu bata. Bangunan rumah relatif luas dengan bentuk limasankampung, atau joglo. Penataan ruang sangat sederhana dan masih tradisional, terdiri dari ruang tamu yang cukup luas, kamar tidur, dan dapur. Kamar mandi dan sumur terletak agak jauh dan biasanya digunakan oleh beberapa keluarga. Kandang ternak berada di luar, di samping rumah.

Upacara dan tradisi

Upacara-upacara tradisi yang ada pada masyarakat Samin antara lain nyadran (bersih desa) sekaligus menguras sumber air pada sebuah sumur tua yang banyak memberi manfaat pada masyarakat. Tradisi selamatan yang berkaitan dengan daur hidup yaitu kehamilankelahirankhitananperkawinan, dan kematian. Mereka melakukan tradisi tersebut secara sederhana.

Masyarakat Samin saat ini

Perubahan zaman juga berpengaruh terhadap tradisi masyarakat Samin. Mereka saat ini sudah menggunakan traktor dan pupuk kimiawi dalam pertanian, serta menggunakan peralatan rumah tangga dari plastikaluminium, dan lain-lain
Sedulur Sikep dari bahasa Jawa berarti "Sahabat Sikep" adalah kelompok masyarakat yang berusaha menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Samin.
Komunitas masyarakat yang disebut Sedulur Sikep ini terbanyak ditemukan di daerah BlitarMadiun provinsi Jawa Timur dan daerah-daerah dan kota antara Jawa Tengah dan Jawa Timur,Indonesia.
Dalam menjalankan ajaran ini (semenjak kematian tokoh penyebarnya Samin tahun 1914 dalam pengasingan di kota Padang Sumatera Barat) kaum 'Sedulur Sikep' sudah mulai beradaptasi dengan perubahan zaman dan tidak terlalu kaku dalam menjalankan konsep murni ajaran tersebut. Namun terdapat juga segolongan masyarakat Sikep yang menentang pembaruan dan menuntut dijalankannya kembali ajaran Samin secara murni
.

MARCO KARTODIKROMO alias MAS MARCO

Marco Kartodikromo atau Mas Marco, kelahiran Cepu, Blora, 1890, dan meninggal dalam pembuangan di Boven Digoel, Papua, 18 Maret 1935. Dia wartawan sekaligus aktivis kebangkitan nasional pada masanya. Aktivitas dalam gerakan membuat dia ditangkap dan dipenjara beberapa kali. Dia pernah menjabat sekretaris Sarekat Islam Solo. Mas Marco juga pendiri organisasi wartawan Inlandsche Journalisten Bond tahun 1914. Namun organisasi itu hanya bertahan setahun karena bubar setelah dia dipenjara.
Berbeda dari kebanyakan tokoh pada zaman itu yang berdarah priayi, bapak Marco cuma priyayi rendahan, yang sehari-hari mencari nafkah dengan bertani. Pada awal 1905 Marco bekerja sebagai juru tulis Dinas Kehutanan. Namun tak lama. Dia kemudian pindah ke Semarang dan menjadi juru tulis kantor pemerintah. Di Semarang, dia belajar bahasa Belanda dari seorang Belanda. Pada 1911, setelah pandai berbahasa Belanda, dia meninggalkan Semarang dan menuju Bandung.
Di Bandung, Marco bergabung dengan penerbitan surat kabar Medan Prijaji yang dipimpin Tirto Adhi Soerjo. Saat itu, Medan Prijaji sedang berada di puncak kegemilangan. Marco pun berguru kepada Tirto Adhi Soerjo. Dia tidak hanya mempelajari ilmu jurnalistik, tetapi juga soal organisasi modern. Pada 1913, media pribumi dengan oplah besar itu bangkrut, dan Tirto Adhi Soerjo dibuang pemerintah Hindia Belanda ke Maluku. Permasalahan itu membuat semangat Mas Marco menurun.
Pada umur 24 tahun, Marco pindah ke Surakarta dan mendirikan surat kabar Doenia Bergerak. Marco menjadi penulis dan redaktur surat kabar Doenia Bergerak. Dia tak segan-segan mengkritik tatanan kolonial secara terbuka. Karena tulisan-tulisan kritis dan surat pembaca yang dimuat dalam surat kabar itulah, pada awal 1915 Marco dituntut di pengadilan. Penguasa Hindia Belanda menuduh Marco dengan kasus delik pers. Marco kemudian dipenjara di Semarang.
Keluar dari penjara Semarang, Marco bergabung dengan surat kabar Pantjaran Warta yang dipimpin R. Goenawan, mantan redaktur Medan Prijaji. Setahun di Pantjaran Warta, Marco kembali dipenjara akibat menyebarkan selebaran yang menebar kebencian kepada pemerintah Hindia Belanda.
Keluar dari penjara di Weletvreden, Marco bergabung dengan Semaoen dan Darsono di Sinar Djawa, koran milik Sarekat Islam Semarang yang berhaluan sosialis. Di koran itu, Marco menulis bermacam-macam artikel, termasuk menerbitkan secara berseri roman Matahariah dan Student Hidjo.
Beberapa tahun kemudian, Marco bergabung dengan Soerjopranoto di Sarekat Islam Yogyakarta. Bersama Soerjopranoto, Marco menerbitkan Majalah Pemimpin. Namun majalah itu belum sempat beredar, karena pemerintah Hindia Belanda telah membredelnya. Setelah pembredelan itu, Marco mengundurkan diri dari pergerakan.
Dia baru terlibat kembali secara aktif dalam pergerakan pada 1924. Di tempat tinggalnya di Kalicacing, Salatiga, Marco menerbitkan Jurnal Hidoep. Dalam jurnal itulah Marco menerbitkan secara berseri Babad Tanah Djawi, sejarah Jawa sejak masa pra-Hindu hingga perlawanan Untung Surapati. Namun dia tidak menyelesaikan tulisan tersebut. Marco kemudian pindah ke Surakarta, bergabung dengan Sarekat Rakyat yang ditinggal sang pemimpin, Haji Misbach. Organisasi itu dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang tahun 1926 berniat memberontak.
Pada pemberontakan kaum komunis yang gagal tahun 1927, Marco ditangkap dan dibuang ke Boven Digoel. Dia meninggal di pembuangan pada 1935. Marco Kartodikromo adalah paman pemimpin Darul Islam/Tentara Islam Indonesia, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.

SEKARMADJI MARIDJAN KARTOSOEWIRJO

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir 7 Januari 1907 (ada yang menuliskan 1905) di Cepu, kota kecil antara Blora dan Bojonegoro yang menjadi daerah perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Cepu menjadi tempat pertemuan budaya Jawa bagian timur dan bagian tengah dalam suatu garis budaya yang unik.

Ayahnya, Kartosoewirjo, adalah mantri sebuah kantor yang mengoordinasikan para penjual candu di kota kecil Pamotan, Rembang. Pada masa itu mantri candu sederajat dengan jabatan sekretaris distrik. Sang ayah berkedudukan cukup penting sebagai pribumi saat itu, dan itu berpengaruh sangat besar terhadap pembentukan garis sejarah sang anak. Kartosoewirjo kelak mengikuti pengaruh itu hingga usia remaja.


Dia dibesarkan dan berkembang saat sang orang tua ya berkedudukan istimewa serta “gerakan pencerahan Indonesia” makin mapan ketika itu. Dia terasuh di bawah sistem rasional Barat yang dicangkokkan Belanda di tanah jajahan Hindia.


Suasana politis itu pula yang mewarnai pola asuh sang orang tua, yang berusaha menghidupkan suasana kehidupan keluarga liberal. Setiap anggota keluarga mengembangkan visi dan arah pemikiran ke berbagai orientasi. Dia mempunyai seorang kakak perempuan yang tinggal di Surakarta tahun 50-an, yang hidup penuh keguyuban, dan seorang kakak laki-laki yang memimpin Serikat Buruh Kereta Api tahun 20-an, ketika di Hindia Belanda terbentuk berbagai serikat buruh.


Pada 1911, saat para aktivis ramai-ramai mendirikan organisasi, Kartosoewirjo berusia enam tahun. Dia masuk Inlandsche School der Tweede Klasse (ISTK) atau sekolah angka loro untuk kaum bumiputra di Pamotan. Empat tahun kemudian, dia melanjutkan sekolah ke Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Rembang. Pada 1919, ketika pindah ke Bojonegoro, orang tuanya memasukkan Kartosoewirjo ke Europeesche Lagere School (ELS). Bagi seorang putra pribumi, HIS dan ELS merupakan sekolah elite. Hanya dengan kecerdasan dan bakat khusus, Kartosoewirjo bisa masuk sekolah yang direncanakan sebagai lembaga pendidikan untuk orang Eropa dan kalangan masyarakat Indo-Eropa itu.
Semasa remaja di Bojonegoro itulah Kartosoewirjo memperoleh pendidikan agama dari seorang tokoh bernama Notodihardjo. Dia tokoh Islam modern yang mengikuti Muhammadiyah. Tak berlebihan jika ketika itu Notodihardjo menanamkan banyak aspek kemodernan Islam dalam alam pikiran Kartosoewirjo. Pemikiran-pemikirannya sangat memengaruhi Kartosoewirjo bersikap dalam merespons ajaran agama Islam. Itulah masa yang bisa disebut the formative age-nya.
Pada 1923, setelah menamatkan ELS, Kartosoewirjo ke Surabaya untuk melanjutkan studi pada Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS), Sekolah Kedokteran Belanda untuk Pribumi. Pada saat kuliah itulah (l926) dia terlibat banyak aktivitas organisasi pergerakan nasionalisme Indonesia di Surabaya.


Selama kuliah Kartosoewirjo berkenalan dengan pemikiran-pemikiran Islam. Dia “mengaji” secara serius. Saking serius, dia kemudian begitu “terasuki” shibghatullah sehingga menjadi Islam minded. Semua aktivitas kemudian dia gunakan hanya untuk mempelajari Islam dan berbuat untuk Islam. Dia pun sering meninggalkan kuliah dan tidak begitu peduli terhadap ilmu-ilmu yang diajarkan sekolah Belanda, tentu setelah dia mengaji dan membaca banyak buku dari berbagai disiplin ilmu, dari kedokteran hingga ilmu sosial dan politik.


Berbekal modal ilmu pengetahuan tidak sedikit itu, dia memasuki organisasi politik Sjarikat Islam di bawah pimpinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Pemikiran Tjokroaminoto banyak memengaruhi sikap, tindakan, dan orientasi Kartosoewirjo.


Setahun kemudian, dia dikeluarkan dari sekolah karena dituduh menjadi aktivis politik. Apalagi dia memiliki sejumlah buku sosialis dan komunis dari sang paman, Marco Kartodikromo, wartawan dan sastrawan yang cukup terkenal pada zamannya. Pihak sekolah tak berani menuduh dia “terasuki” ilmu-ilmu Islam, tetapi menuduh dia “komunis” karena ideologi itu sering dipandang sebagai ideologi yang bakal membahayakan. Padahal, ideologi Islamlah yang sangat berbahaya bagi penguasa yang lalim.


Tidak mengherankan jika Kartosuwirjo kelak tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kesadaran politik sekaligus integritas keislaman yang tinggi. Dia diangap ulama besar. Bahkan para pembaca tulisannya, akan mengakui dia sebagai ulama terbesar di Asia Tenggara.


Sejak 1923, dia sudah aktif dalam gerakan kepemudaan, antara lain Jong Java. Pada 1925, ketika anggota Jong Java yang lebih mengutamakan cita-cita keislaman mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB), Kartosoewirjo pun pindah ke organisasi itu lantaran keberpihakan ke agamanya. Melalui dua organisasi itulah kemudian dia menjadi salah satu pelaku sejarah gerakan pemuda yang sangat terkenal: Soempah Pemoeda.


Selain menjadi Sekretaris Umum Partij Sjarikat Islam Hindia Timur (PSIHT), Kartosoewirjo bekerja sebagai wartawan Harian Fadjar Asia. Semula dia menjadi korektor, kemudian diangkat menjadi reporter. Pada 1929, saat berusia relatif masih muda, sekitar 22 tahun, Kartosoewirjo menjadi redaktur Harian Fadjar Asia. Dalam kapasitas sebagai redaktur, dia menerbitkan berbagai artikel berisi kritik, baik terhadap penguasa pribumi maupun penjajah Hindia Belanda.


Dalam perjalanan tugas ke Malangbong, dia bertemu pemimpin lokal PSIHT, Ajengan Ardiwisastera. Di sana pula dia berkenalan dengan Siti Dewi Kalsum, putri Ajengan Ardiwisastera, yang dia nikahi April 1929. Mereka dikarunia 12 anak, tiga terakhir lahir di hutan-hutan belantara Jawa Barat.


Begitu banyak pengalaman menghantarkan dia sebagai aktor intelektual dalam kancah pergerakan nasional. Tahun 1943, ketika Jepang berkuasa di Indonesia, Kartosoewirjo kembali aktif di bidang politik, yang pernah terhenti. Dia masuk sebuah organisasi kesejahteraan dari Madjlis Islam ‘Alaa Indonesia (MIAI) di bawah pimpinan Wondoamiseno, sekaligus menjadi sekretaris majelis baitul-mal organisasi itu.
Pada masa pendudukan Jepang, dia memfungsikan kembali lembaga suffah yang dia bentuk. Namun kali ini lebih banyak memberikan pendidikan kemiliteran karena saat itu Jepang telah membuka pendidikan militer. Para siswa yang menerima latihan kemiliteran di Institut Suffah akhirnya memasuki salah satu organisasi gerilya Islam yang utama sesudah perang, Hizbullah dan Sabilillah, yang kelak menjadi inti Tentara Islam Indonesia (TII) di Jawa Barat.
Agustus 1945, menjelang kekuasaan Jepang di Indonesia berakhir, Kartosoewirjo disertai tentara Hizbullah berada di Jakarta. Dia juga telah mengetahui kekalahan Jepang dari Sekutu, bahkan dia berencana: kinilah saatnya rakyat Indonesia, khususnya umat Islam, merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Sesungguhnya dia telah memproklamasikan kemerdekaan Agustus 1945. Namun dia menarik kembali proklamasi itu setelah pernyataan kemerdekaan oleh Soekarno-Hatta. Untuk sementara waktu dia tetap loyal kepada Republik dan menerima dasar “sekuler”.


Namun sejak kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan, 17 Agustus 1945, kaum nasionalis sekuler yang memegang tampuk kekuasaan negara dan berusaha menerapkan prinsip kenegaraan modern yang sekuler. Sejak saat itu kalangan nasionalis Islam tersingkir secara sistematis, dan hingga akhir 1970-an kalangan Islam berada di luar (sistem) negara.


Dari situlah bermula pertentangan serius antara kalangan Islam dan kaum nasionalis sekuler. Karena kaum nasionalis sekuler secara efektif memegang kekuasaan negara, pertentangan selanjutnya dapat disebut sebagai pertentangan antara Islam dan negara.


Situasi kacau akibat agresi militer kedua Belanda. Apalagi terjadi penandatanganan Perjanjian Renville antara Pemerintah Republik dan Belanda – yang berisi antara lain gencatan senjata dan pengakuan garis demarkasi van Mook. Pemerintah Republik harus mengakui kedaulatan Belanda atas Indonesia, dan itu menjadi pil pahit bagi Republik. Tempat-tempat penting yang strategis bagi pasukan Republik di daerah-daerah yang dikuasai pasukan Belanda harus dikosongkan dan semua pasukan harus ditarik mundur -- atau kabur dalam istilah orang-orang Darul Islam -- ke Jawa Tengah. Karena penandatangan perjanjian itu, tentara Republik resmi di Jawa Barat, Divisi Siliwangi, mematuhi ketentuan tersebut.


Soekarno menyebut “kaburnya” TNI dengan istilah Islam: hijrah. Dengan memakai sebutan itu, dia menipu jutaan rakyat muslim. Pasukan gerilyawan Hizbullah dan Sabilillah, bagian cukup besar dari kedua organisasi gerilya Jawa Barat, menolak mematuhi ketentuan itu. Hizbullah dan Sabilillah lebih tahu makna “hijrah” itu.
Kartosoewirjo menolak posisi menteri yang ditawarkan Perdana Menteri Amir Sjarifuddin. Pada waktu itu, Sugondo Djojopuspito yang kenal baik Kartosoewitjo dan Amir Sjarifuddin ketika peristiwa Soempah Pemoeda 1928 di Batavia, membujuk Kartosoewirjo. Namun Kartosoewirjo tetap menolak, jika dasar negara bukan Islam.
Pada 1949 Indonesia mengalami perubahan politik besar-besaran. Saat Jawa Barat mengalami kekosongan kekuasaan, terjadilah proklamasi Negara Islam di Nusantara, sebuah negeri al-Jumhuriyah Indonesia yang kelak dikenal sebagai ad-Daulatul Islamiyah atau Darul Islam atau Negara Islam Indonesia yang lebih dikenal masyarakat sebagai DI/TII, 7 Agustus 1949. Beberapa daerah menyatakan menjadi bagian dari NII, terutama Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.


DI/TII dalam sejarah Indonesia sering disebut para pengamat yang fobi dengan negara Islam sebagai “Islam muncul dalam wajah tegang”. Bahkan peristiwa itu dimanipulasi sebagai “pemberontakan”. Kalaupun “pemberontakan”, itu bukan pemberontakan biasa. Ia perjuangan suci antikelaliman terbesar di dunia pada awal abad ke-20. “Pemberontakan” bersenjata yang menguras habis logistik Angkatan Perang Republik Indonesia itu bukan pemberontakan kecil, bukan pula pemberontakan bersifat regional, bukan “pemberontakan” yang muncul karena sakit hati atau kekecewaan politik. Melainkan, karena “cita-cita”, sebuah “mimpi” yang diilhami ajaran Islam yang lurus.


Perjuangan panjang Kartosoewirjo selama 13 tahun berakhir ketika dia tertangkap setelah melalui perburuan panjang di wilayah Gunung Rakutak, Jawa Barat, 4 Juni 1962. Pemerintah Indonesia menghukum mati Kartosoewirjo pada 12 September 1962 di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu, Jakarta, saat dia berumur 57 tahun.